MENU GEHU HARI MINNGU



 MENU GEHU HARI MINGGU

Oleh Abas Basari


“Ay bagaimana kalau besok pagi kita bikin gehu. Bahan sudah Ibu siapkan”, begitu rajuk istriku tadi malam sebelum kita beranjak tidur.

“Setuju. Sudah lama akhir pekan tidak ada menu gehu”, jawab saya dengan nada meyakinkan.

Selepas mengikuti kajian ahad pagi di mesjid, bergegas pulang walau sahabat jamaah mesjid mengajak untuk bersantap bala-bala dan lontong yang sudah tersaji. Hanya satu niat yakni akan membuat gehu. Itu saja. “Maaf ya teman-teman, saya tidak ikut gabung, ada yang mau dikerjakan di rumah”, permohonan saya.

Bersama istri pagi ini pun berdua di dapur. Istri sudah menyiapkan sayuran yang sudah dirajang, tepung bala-bala siap saji, dan tahu yang sudah disobek bagian sisinya. Jenis sayuran yang tersedia adalah wortel dan kol saja. Adapun bumbu lain yakni irisan bawang putih dan bawang merah serta irisan daun seledri.

Tinggal giliran saya menumis sayurannya. Rupanya istriku sudah menyiapkan ketel berisi sedikit minyak goreng dan irisan wortel. Tanpa panjang bertanya langsung eksekusi. Api dinyalakan, tak lama kemudian rajangan kol pun masuk. Menunggu sayuran menjadi layu, terakhir garam ditaburkan. Wangi aroma seledri, wortel, juga kol bersama bumbu begitu menggoda lidah seakan tak sabar untuk mencicipinya. “Enak juga. Ga keasinan”, ujarku pelan.

Saatnya membuat adonan tepung gehu. Di mangkok logam sudah berisi tepung siap saji, sepertinya adonan tepung tidak akan cukup, maka tepung terigu merek terkenal pun saya tambahkan. Dirasa cukup, saya cicipi rasanya. “Siiiip lah”, gumam dalam hati.

Layaknya seorang profesional tukang masak, maunya seperti itu, saya sampirkan lap di bahu kiri untuk memudahkan mengelap tangan dan tempat. Namun dapat dibayangkan, ternyata saya masih memakai sarung. Jadilah membuat gehu dengan kostum sarungan, kaos, dan lap di bahu. Mirip tukang dagang gehu. Untunglah istriku tidak mengabadikan dengan foto. Dia hanya tersenyum simpul lihat suaminya berpenampilan seperti itu.

Tumis sayuran saya isikan ke tehu kosong sampai padat, diperkirakan tidak akan keluar ketika di goreng. 20 tahu pun selesai diisi. Adonan tepung pun sudah siap. Maka terjadilah kolaborasi sayuran dengan terigu. Besty lah di dalam wadah, kemesraan mereka seakan tidak boleh berkurang dengan hadirnya garam. Ya dengan tambahan sedikit garam rasa gehu pun mantap sudah.

Minyak goreng sudah panas, satu per satu gehu yang sudah di dalam tepung pun berpindah ke ketel. Suara minyak bercampur adonan, terdengar nyaring seolah memberi tahu bahwa gehu sudah berada dikondisi yang benar. Beberapa menit kemudian, gehu matang. Sigap tangan mengambil gehu dengan sodetan, dipindahkan ke peniris minyak, biarkan minyak turun.

Gehu panas di atas piring pun segera menemani meja makan. Menu gehu di hari minggu telah tersaji.

“De Emir ini gehu sudah siap. Ayo kita makan”, ajak saya bersemangat ke anak bungsu.

Istri sudah duduk di kursi makan lebih awal jadi tak mau kalah dengan si bungsu. Langsung santap. “Enak..Yah. Rasa asinnya pas”, ujarnya sambil melirik manja , seakan mengucapkan terima kasih atas sajian pagi yang sederhana tapi istimewa di mata anak-anak.

Rasa bangga pun menyeruak dalam dada tatkala ketiga anak menyerbu meja makan dan mengambil gehu dengan porsi masing-masing. Bahkan si bungsu saking menyukainya dia sampai dua kali mengambil gehu. Hitungan menit saja 20 gehu habis disantap berlima, saya dan istri beserta ketiga anak. Alhamdulillah Ya Robb atas kesempatan yang telah diberikan.

Sambil menatap wajah istriku yang sedang duduk manis menikmati lagu di HP setelah beres-beres meja makan, saya pun berbicara dalam hati, “Terima kasih istriku. Mengajari suamimu  membuat gehu dengan sabar”. Alhamdulillah segala puji dan syukur hanya kepadaMu Ya Robb. Engkau hadirkan wanita istimewa, istriku. 


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

RESUME PERTEMUAN KE-25 MENULIS MEMBUATKU NAIK KELAS & BERPRESTASI

RESUME PERTEMUAN KE-22 MENULIS DI KALA SAKIT

RESUME PERTEMUAN KE-30 DIGITALISASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH