KETOPRAK JAKARTA DI TANAH SUNDA
Ketoprak Jakarta di Tanah Sunda
Selesai satu urusan maka kerjakan urusan yang lain. Ya..saya bergegas berangkat dari rumah untuk satu tujuan yakni sarapan. Loh...kok sarapan saja dijadikan prioritas. Memang demikian karena beberapa waktu ke belakang pernah melihat ada pedagang ketoprak betawi di Parakanmuncang, Sumedang. Jadi akan dicari lagi pedagang ketoprak Jakarta yang khas di daerah tersebut.
Motor yang kutumpangi bersama istri, menuju jalan Parakanmuncang. Seiring rasa lapar mengaduk-aduk lambung.
Tak jauh
dari Pasar Parakanmuncang, hanya beberapa meter saja, Alhamdulillah ketemu juga
gerbaknya. Rasa lapar sepertinya terobati.
Tanpa berpikir panjang, motor pun di
parkir samping gerobak Bang Doel.
Disambut senyum laki-laki paruh baya sekalian menanyakan mau pesan apa. Katanya ada ketoprak betawi, nasi uduk, nasi rames, ayam geprek, juga es jeruk. Pedagang ini ramah juga ya.
Saya dan istri saling pandang, selang beberapa saat kemudian langsung memesan ketoprak betawi dua porsi.
Sambil
menunggu pesanan datang, obrolan pun terhenti sejenak karena melihat Bang Doel
sedang membuat ketoprak. Wah ini sih barang langka alias pemandangan istimewa
karena seorang Bapak yang membuat ketopraknya. Saya pun mendekatinya karena
penasaran. Kok bisa ya.
“Ini yang
asli jakarta siapa, Bapak apa Ibu” ?, tanya saya agak menyelidik.
“Kita berdua
dari Jakarta. Saya dari Slipi dan istri dari Cilincing”, jawabnya bangga.
“Saya sekolah
di 16, lanjutnya dengan nada santey khas Jakarta.
“Nah same
dong Bang, ente angkatan berape”, tanya istri nyelidik.
“Udeh lupe”, polos tanpa ekspresi.
Kita berbincang-bincang makin melebar saja. Seputar Asrama Brimob. Pasar MB yang berlokasi di pinggir kali. Kamar mayat Rumah Sakit Pelni yang berada di ujung bersebelahan dengan jalan yang dilalui ojeg.
Tak lupa SD Barunawati pun disebut juga. Mal Slipi Jaya. Bahkan tempat sampah yang berdekatan dengan pasar MB diobrolkan juga karena sering jadi obrolan tetangga. Maklum sering kepenuhan jadi tumpah kemana-mana.
Saya dan istri pernah tinggal di Slipi sampai tahun 2004. Ada banyak cerita selama menempati rumah mertua saya. Jadi terbayang lagi kenangan bersama tetangga saat ada kendurian yang khas Jakarta. Kita diminta menyiapkan kue hantaran yang harus sesuai tradisi mereka. Kue harus penuh warna. Ya itulah adat mereka.
Bang Doel mengapa
bisa di Bandung ? tanya saya lagi penuh penasaran.
Ooooo.....ayahnya Bang Doel seorang polisi Brimob yang asramanya di Slipi Jakarta Barat. Selepas masa bakti kepada negara, beliau kembali daerah asalnya yakni Parakanmuncang. Anak-anaknya diminta untuk menjaganya, alhasil ya harus pindah mengikuti orang tuanya. Kebetulan anaknya Bang Doel yang pertama bekerjanya di Bandung.
Tanpa terasa pesanan sudah selesai, disajikan di meja bersama air minumnya.
Teh tawar yang hangat, sangat cocok dengan ketoprak.
Hanya melihat secara sepintas saja, lidah sepertinya diperintahkan oleh
otak untuk berkomentar enak. Santapan pertama mulut langsung mengatakan enak.
Suapan selanjutnya sudah tak terbantahkan lagi enak dan enak banget.
Saking merasa dimanjakan oleh rasa ketoprak, maka istri malah memesan
kembali 3 porsi untuk dibawa pulang. Buat anak-anak yang ditinggalkan di rumah.
Kangen ketoprak Jakarta terobati sudah. Alhamdulillah.
Comments
Post a Comment